Lukni Maulana
LUKNI MAULANA, kelahiran Semarang pada 24 Juli 1984, adalah seorang budayawan, aktivis, dan penulis yang namanya dikenal luas melalui karya-karya esai dan sastra.
Ia menghabiskan masa kecilnya dengan belajar langsung dari ayahnya, sebelum kemudian dititipkan di Pondok Pesantren Mambaul Hisan, Sidayu-Gresik.
Pengalaman pendidikan pesantren ini semakin diperkuat ketika ia melanjutkan masa remaja di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang, sekaligus menempuh pendidikan formal di MAN Tambakberas Jombang.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Lukni Maulana melanjutkan studi ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang (sekarang Universitas Islam Negeri Walisongo).
Di kampus ini, ia aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler, termasuk menjadi anggota Teater Beta Fakultas Tarbiyah.
Juga menjabat sebagai Pimpinan Redaksi Buletin Bersuara di Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Cabang Semarang.
Di bidang organisasi, ia pernah menjabat sebagai Pengurus Majelis Wilayah (MW) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jawa Tengah periode 2017–2022.
Selain itu, ia dipercaya sebagai Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah untuk periode 2018–2023. Dalam kedua organisasi ini, Lukni aktif mempromosikan seni, budaya, dan nilai-nilai keislaman yang inklusif.
Selain peran-peran formal tersebut, Lukni juga terlibat dalam berbagai kegiatan budaya dan media. Saat ini, ia aktif di Barisan Nusantara dan menjabat sebagai Pimpinan Redaksi di media online Barisan.co.
Ia juga menjadi Koordinator di Barisandata, sebuah platform pengelolaan data ekonomi, serta memegang posisi sebagai Pimpinan Umum di portal berita Zonasi.id.
Sebagai seorang penulis, Lukni Maulana telah menghasilkan berbagai karya. Berdasarkan data dari isbn.perpusnas.go.id, beberapa buku yang telah diterbitkannya antara lain:
- Sang Morvious (kumpulan cerpen, diterbitkan oleh Lembah Manah).
- Risalah Demokrasi: Antologi 99 Puisi, Cinta, dan Gerakan (kumpulan puisi, diterbitkan oleh Oase Qalbu).
- Cinta, Penderitaan, dan Ketaatan (diterbitkan oleh Yayasan Badan Wakaf Nusantara).
Melalui karya-karyanya, Lukni mengangkat tema-tema yang menggugah kesadaran sosial, spiritual, dan budaya.
Lukni Maulana juga dikenal sebagai Dewan Pembina di Nairaloka, sebuah lembaga yang didedikasikan untuk pengembangan pendidikan, kebudayaan dan lingkungan.
Ia juga menulis Wirid Nairiyah, sebuah wirid yang ditujukan untuk kebutuhan internal di Pasulukan dan Taman Pendidikan di Nairaloka. Wirid ini mencerminkan pandangan Lukni tentang pentingnya spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Sebagai seorang budayawan, Lukni sering diundang untuk tampil dalam berbagai acara seni dan budaya.
Ia pernah membaca puisi tunggal dalam acara seni budaya yang diselenggarakan oleh komunitas seni di Jawa Tengah. Kegiatan seperti ini menunjukkan dedikasinya dalam memajukan seni dan budaya, serta mempererat persatuan melalui karya-karya kreatifnya.
Melalui berbagai aktivitasnya, Lukni Maulana terus menunjukkan komitmennya dalam memajukan seni, budaya, dan nilai-nilai keislaman di Indonesia.
Ia meyakini bahwa seni dan budaya merupakan medium yang efektif untuk menyatukan perbedaan dan membangun harmoni dalam masyarakat.
Dengan latar belakang pendidikan, pengalaman organisasi, dan kontribusinya di dunia sastra, Lukni Maulana menjadi salah satu tokoh yang mampu menjembatani tradisi dan modernitas dalam konteks budaya Indonesia. (Chatbot: chatGPT)